Jumat, Maret 21, 2003

KADO PERNIKAHAN BUAT SAUDARAKU
Untuk: Ita Radyaningsih

Ku kirimkan beribu mawar menghampar di ranjang pengantinmu agar engkau tersenyum manakala lenteranya meredup hanyut di antara perawan hatimu menuju satu.

Tapi,

engkau tahu udara begitu curiga mematahkan kakimu, mungkin engkau akan menangis. "Belumlah tiba masanya jika tak lagi ku temukan kedamaian itu," ucapmu tergugu

Jangan, jangan lagi kau katakan itu jika yakin hatimu bahwa dialah yang kau ajak bersanding. Memahati tugu waktu dengan tawa dan airmata cintamu.

Jangan, jangan lagi kau urai satu-satu kegelisahan hatimu, jika kau percaya bahwa hidup tak lebih dari sebuah ajang permainan.

Dan,

Ku kabarkan padamu bahwa inilah waktumu menemu pintamu. Inilah awal dari perjalanan barumu. Melangkahlah melangkahlah dengan sepenuh dadamu. Menarilah menarilah dengan sesayap imajimu. Jangan lagi ada ragu memangku letihmu.

Sebab,

Esok bukan lagi hanya milikmu. Tapi, juga miliknya.

Berbahagialah, Saudaraku.



ENGKAU TAHU
Untuk: Arif Anwar

Engkau tahu hari-hari demikian bengis memenjara kaki-kaki kecilmu. Tapi, tak ku lihat letih di situ. Hanya ketabahan berkelindan di antara tulang pipimu kerontang. Hanya keberanian menjalar di antara tatap tajam matamu beradu.

Engkau tahu udara begitu meranggas merontokkan dedaun masa kanakmu. Tapi, tak ku lihat kesedihan di bibir keringmu. Hanya kefasihan melafadzkan keagungan menemu kedamaian rahasia di relung muara hatimu. Hanya keteguhan menghadang pinak-pinak kegamangan kegersangan makian waktu.

Engkau tahu. Engkau tahu.



SKETSA MENDUNG


Mendung menggantung di kotaku. Bukan kali pertama ku seduh dia di sehalaman relung hatiku. Tapi ini adalah kesekian kali menggali imajiku menebar aroma mimpi yang ku tawarkan melalui senda jemariku.

Mungkin tentang kehidupan. Yang pasang menghadang kaki-kaki kecilku.Yang surut menghanyutkan serpihan luka nganga di dadaku.

Mungkin tentang bintang yang ku siram dengan beribu tanya dan rahasia. Mungkin tentang bulan kesunyian menggantung di antara cincin pelangi menari.

Mungkin tentang keperihan pengkhianatan berjejalan dari pintu ke pintu. Mungkin tentang ketidakadilan melaknat peristiwa tergelar samar.

Atau mungkin tentang kebahagiaan bermesraan dengan lingkaran

Pencarian.



Puisiku Jadi Lagu