Jumat, Januari 10, 2003

PERSINGGAHAN MUSIM
:lian

menjumpai persinggahan musim mendarat di matamu sekarat, serupa perempuan yang kau beri nama kesetiaan.hingga tak beda kemarau penghujan menghunjam pengkhianatan.kau masih menengadah menadah gerah. melangkah kakimu memburu rayu dari waktu ke waktu. tak kau tahu

menjumpai persinggahan musim merapat di dadamu menangis, serupa kesunyian yang kau beri nama penantian. hingga tak beda terik rintik menghardik pekik nafasmu cemburu. memintal inginmu memburam silam mengekal ingatan dari rintih ke rintih. tak kau pahami

sampaikah inginmu mengelupas di akhir persinggahan. berhenti?



HABIS INI SELEPAS GULITA

habis ini selepas gulita. mungkin gerimis kan memeluk nyawaku untuk bersatu dengan keterasinganku. menjadi bulir-bulir tak tentu. ketika meriah kota terompet menyambut tahun baru. mungkin aku hanya akan termangu. apanya yang baru jika masih saja terkungkung dalam jeruji seperti ini. apanya yang baru, jika hanya meriah sesaat dan kembali pada rutinitas ketakutan keterpakuan dan kegamangan yang sama. apanya yang baru?mungkin baju

habis ini selepas gempita. mungkin hanya kantuk menghapus subuh yang baru


SKETSA KOTA

1.

tangan-tangan dekil menengadah
menjual malu deru tipu membatu
tak ditemu jemu karena berbisik ia:
lumayan, sebulan 800 ribu


2.

penjual-penjual bertebaran
memahkotai harta sebagai harga

sampai tuntas segala puas

apa lagi tak bisa dijual
bahkan badan dan kedirian

juga cinta?

Puisiku Jadi Lagu