Senin, Desember 30, 2002

PADA TITIK ISOELEKTRIK

sampailah pada titik isoelektrik. kutemu ia mengendap dari ikatnya melarut.
berurut putus helai demi helai.

dari keruh pikiran. dari inhibitor ego. larut....
maka larutlah melarut. dalam bening alir air ia berdzikir.


BERCELOTEH;AH MEREKA

Berceloteh mereka dalam gusar
Di setapak jalan yang lengang
Menggamit mimpi kapan kan sampai

Demikian mereka berkelupeluh di dadaku

INGIN KUTEMUI ENGKAU

di atas atap senyap
di ujung terdengar

firman tuhan

mengalir bulir pencarian kedamaian
demi masa ingin kutemu Engkau

dengan senyumku


YANG DATANG DI MALAM HARI

Demi langit dan yang datang di malam hari
Tahukah engkau apakah yang datang di malam hari?

Ialah bintang bercahaya
Dan segenap tabir rahasia terbuka

Demi Allah yang merindu
JANGAN PERCAYA HATI

jangan percaya hati
jika kelak hanya akan melukai

jangan percaya pada mimpi
jika kelak terbangun dan mati

hanya,
percaya pasti
segala kembali
pasti

tak kau tahu kapan
tak ku tahu bila


KUTUNGGU

bening yang Kau kirim perlahan menyapu wajahku. dalam tetes-tetes kehausan. biluri hati nyeri mendaki. tak selesai-selesai.

masih saja Kau kirimkan dalam sebongkah tengadah pada keberadaan yang tiada. tentang ketiadaan yang ada. tak tuntas-tuntas.

hingga masih juga aku terjaga. menunggu dan menunggumu kembali di tengah tandus

jiwaku!

TAK PUNYA KEPALA

adalah manusia mencari kepalanya.

dimana?

iya menjadi tidak. tidak menjadi iya.

sistem menjadi mbulet di perut. mau di muntahkan nggak bisa. takut dikatakan tidak punya tata krama.mau minum obat nggak jadi. percuma udah imun!sebab, toh dari dulu unsur kimia ya itu-itu aja!hust!ntar dimarahi yang punya pabrik lo!

adalah manusia mencari kepalanya.

kemana?

salah menjadi benar.benar menjadi salah.

agama jadi ritual semata. takut masuk neraka.ntar disiksa gimana?tauk?!ah...yang penting shalat dah!gitu aja kok repot amir?dan berkelana pikiran ke utang-utangnya pada pemilik warung depan.atau si pus yang belum di kasih makan. sementara jasad sibuk nungging ngadep tuhan.

adalah manusia mencari kepala?

di pasar kesasar. di mikrolet kepelet. di toilet.kepepet .

dan mendadak semua jadi tuhan: wanita harta jabatan bahkan pak kyai yang jadi guru ngaji.

dada jadi gelisah. kok?!

diri menjadi tak tahu diri. bermain-main dakon di luaran mencari diri. tak ditemui.bener-bener mbulet!bikin pusing!

adalah manusia mencari kepalanya.

alpa pada kediriannya.

dan, tuhan hanya sebatas angan.....

......yang jauh!

LEGENDA MANUSIA

masih kuingat senyummu terang berkata, aku akan jadi pilot. atau di lain waktu kau bisikkan, tidak aku ingin jadi dokter. menyembul gigi gigismu menyembul.

berlarian engkau di kejar waktu. bermesraan celotehmu di raung ruang, yang mereka bilang sekolah. berkejaran engkau dengan hasrat membuncah!

(pada titik dimana segala menjadi mungkin)

masih kuingat gerimis rimis dari pelupukmu. dan kau katakan, engkau kalah. begitu banyak setan-setan berkeliaran mengikis angan berterbangan.engkau mengerang dalam radang. menghilang dalam terang.

bergantian mukamu masam. bergantian warna. merah biru ungu abu-abu sampai hitam.kau senandungkan: aku tetap akan berjalan!

(pada titik dimana hukum probabilitas mulai digelar)

masih kuingat kau berhenti melangkah. pada titik dimana mimpi-mimpi tak lagi punya tangan.merapuh perlahan disuluh waktu. kau mengharubiru kesedihan.

tangan-tangan misteri yang menyeretmu pergi. dari angan yang kau bangun dengan senyum terang kala itu.dari kemungkinan-kemungkinan negeri impianmu.

(pada titik dimana segala tampak tak mungkin)

masih kuingat sebuah titik menjumpai. mengulur tangan pada ada. realita bermahkota jingga. memapahmu menuju arah dimana kau tambatkan ingin kehendak alam raya.

lebur...leburlah engkau dalam hikmat raya. membuncah gairah memompa-mompa bahagia. kau tertawa dalam rahasia dunia.

(pada titik dimana segala hipotesa menjadi satu kesimpulan)

;legenda manusia!


RIWAYAT HAWA
:wiwik ilyanti


kau telusuri riwayat hawa. maka yang ku temui hanyalah luka. tapi, tak katamu.

selamanya hawa bagi adam, ucapmu. tapi, tak kataku.

karena, gigil tangan lelaki telah merampas sesobek kertas yang dikirimkan tuhan menjadi serpihan-serpihan luka wanita. hingga, tamat yang dinamakan keadilan! hingga lumat yang disebut persamaan!

hanya, deras airmata tak mampu tandaskan dendam wanita pada kehormatan telah terhempas!masih wanita dipersalahkan!

tapi, tak katamu.

ku telusuri lorong yang kau simpan di matamu. ah...sama saja! kau tetaplah hawa beriwayat luka. tapi, masih juga kau sembunyikan dengan dalih kesetiaan.

tapi, tak katamu.

selamanya hawa ditindas adam, semburku. tapi, tak katamu.

karena, sekeping hidup hanyalah di permainkan nafsu. tak marah membuatmu tahu, tentang derita dan bahagia tak beda. wanita tak pernah terluka, selain tuhan mengirimi cinta dan ketulusan. merengkuhnya dalam keadilan yang satu. menjaganya dalam persamaan yang seimbang.

hanya, senyum tak pernah hapus dari bibir tipismu. sebagai kemenangan hawa atas jiwa yang luka!




MENJARING HENING

hening_1

biar kupeluk dia dalam doa. usah jagakanku dengan sentuhanmu. usah palingkanku dengan rayumu. usah hibur aku dengan gaduhmu!

sebab, setia juga rangkulku.

hening_2

biar kusenandungkan dia dalam gelisahku. usah kacaukanku dengan kemunafikanmu. usah giring aku dalam kebodohanmu, o dunia hasutku!

sebab, sepi juga rinduku.

SATU!


PELAMINAN TUHAN
: Ita Radyaningsih


demikian rintih sukmamu memburu waktu. dakian tak jua mendatar. penuh rayu, katamu.

seperti kudengar malam menangis di pelukanmu. melampaui mind yang menipu, atau hasrat yang menjerat. kau menuju

satu titik menarik satu mu. sampai segala memuncak, pintamu.

demikian gegap gempita berkejaran di telingamu. senandungkan puja-puji alif dan ya’ bergantian.

seperti kusaksikan pagi tertawa di kerudungmu. menghujani waktu dengan kun mu. menebar debar lelaki di tulang rusukmu. kau menuju

satu titik menarik ruh mu. sampai pelaminan tuhan, menjamu dahagamu.


............
: Sri

masih juga kau simpan dendam. hingga asing meredam kedirian yang telah lama hilang.

mengekang tangismu berjejalan. dimana perempuan, kau sangsikan perlindungan?

hingga takut juga dirimu dalam peluk menghiruk. pada caci menari. pada sakit berderit. kau puisikan kehidupan tak henti menyakiti kemana perempuan, kau adukan kepedihan?

bergantian khianat melaknat. pada tulus hatimu berhembus. tak bersambut tanganmu merapuh. sampai kapan perempuan, kau kan berlari?

hingga tuntas setiap inchi benci. hingga tandas tiap ngeri maki.

masih juga kau membenci!


TILOPA

Kau adalah tilopa. menyambar dungu dalam gelapku. suluh gemuruh dadaku dalam geram terbungkam.Kau tafsir tiap getir nafas berjejalan tak berkesudahan dalam lembaran kitab suci berhamburan.

Kau adalah tilopa. membuka mata dalam tak tahuku. hardik pekik terkikik atau tangis mengiris mengemis. tak beda bagimu. sebab Kau perihelium dan aphelium itu.

Kaulah tilopa. tak henti dicari dan dipuji sepanjang waktu.


CINTA

ku tuliskan dengan embun basah pada daun rerumputan agar tak udara meresah, sebuah kata yang telah lama lelah: cinta

ku senandungkan hening dalam kering agar tak angkasa mencerca dosa manusia ternoda, sebuah lagu yang telah lama lalu: cinta

ku tangiskan gerimis dalam bening menghening agar tak air mengering, setetes gelisah membuncah : cinta

ku teriakkan dengan amarah penuh serapah agar tak khianat terus-menerus selingkuhi kisah manusia terlupa:cinta

ah....mengapa waktu tak jua buat ku tahu. semua hanya omong kosong belaka!


KIDUNG KESUNYIAN

ada apa dengan kesunyian? hingga masih juga bingar menggelepar-gelepar kelaparan. seperti kau pungut harapan dan kecemasan di waktu yang sama. tak kau kenali gelisah waktu berjelaga.

matahari dan rembulan masih jua berlarian. kau masih kesunyian. mendawamkan senandung mahamudra sang budha. mengepak-ngepak sayapmu meminta tiada dan ada pada waktu yang sama. tak kau pahami cinta dalam dunia penuh dusta!

hingga tak jera jua kau tuliskan dengan embun kebasahan pada rumput dedaunan. sebuah kata yang sering kau cerca: tuhan!

bumi dan langit masih berjauhan. kau masih sendirian.mentasbihkan kesucian tak tersentuh gemuruh keluh. pencarian yang berguliran dari waktu ke waktu. hingga bisu pun tak membuatmu tahu. tak kau mengerti hidup dalam kuyup rangka terjaga!

hingga tak jua lelah kau teriakkan pinta dengan nafsu memburu nafasmu. sebuah ingin yang tak jua mengering: fana!

ada apa dengan keramaian?hingga masih juga sunyi ruhmu membatu ngilu tergugu. seperti kau hirup udara dengan sepenuh dadamu. tak kau hembuskan ia dalam sebentuk kepasrahan.

hilang dalam malam mengerang. kau masih kedinginan. menyanyikan pujapuji kasih menyerpih sedih. satu dalam tiga atau tiga dalam satu. tak kau sadari hakekat segala tetaplah satu!

hingga masih juga kau bakar ladang tuhan dengan amarah yang lapar. sebuah tanya yang tak bersambut jawab :kebenaran!

ada apa dengan kesunyian?ada apa dengan keramaian? kala kau sadari kau tetaplah sendirian
SEBUAH KEAJAIBAN

sebuah keajaiban. kita disini. di bumi yang tua dan letih ini. mengapa kita mesti ada? akankah punya arti andai kita tak pernah ada? dari awal kita dipasung dalam rahim bunda. tak berdaya. hanya meminta belas kasih. pada siapa?

sebuah keajaiban. kita disini. lahir ke muka bumi dengan derai tangis. mengapa? apakah kita tak bahagia berkenalan dengan dunia? sudah mengertikah kita saat itu bahwa dunia penuh noda? seperti telah di buangnya adam dan siti hawa ke muka bumi karena khianatnya. dibuang jua kah kita kini?

sebuah keajaiban. kita disini. tumbuh dan terus tumbuh. dari tak tahu menjadi tahu. semakin tahu, semakin tak tahu. tertawa menangis, seakan hanya tipu. apakah akhirnya mesti bisu? terus bergulir seakan tak kan henti. meski, kita tahu kan henti. terus berpacu seakan tak kan akhir. meski, kita tahu kan berakhir. di sebuah ujung yang sunyi, disitulah. sunyi yang indah.

sebuah keajaiban. kita disini. bertemu berpisah. tak, ku kira. andai pisah, mungkin hanya jasad. tapi ruh yang merindu tak kan pernah. tak pernah! selalu bergandeng tangan dalam ketulusan. ach, apakah ada ketulusan di dunia yang munafik ini? adakah kesejatian di dunia yang dusta ini?. adakah bening dalam hening?

sebuah keajaiban. ketika, kita pun tinggalkan tempat ini. apakah sama seperti mula kita hadir? menangis? menyesali perpisahan dengan kefanaan ini? bukankah seharusnya kita tersenyum sebab telah akhir segala tipuan? telah temu dengan kesejatian.

sebuah keajaiban. ada Dia disini. bersama kita yang percaya. ada Dia disini. bersama kita yang ternyata penuh dosa! bersama kita yang sering lupa!



SATU!

jelajah sukmaku ingin menuju. pada hening yang kau kirim dari balik jendela kamarku. ku saksikan kau menangis. menciumi bumi. harum tanah yang kau tabur diam-diam kala ku tertidur. menerawang pandangku mencarimu. tak ditemu. dimana kamu. dimana kamu.

berulang kuzikirkan asmamu. merindu aku. tapi tak kau hampiri aku dengan usapan itu yang ku mau. tapi tak kau hadir seka airmata yang tersisa di pipiku. tak ditemu. kemana kamu. kemana kamu.

jangan kau hadir dalam igauku. datanglah! datanglah! dimana kuzikirkan asmamu dalam malam hitam. senyumlah! senyumlah! padaku yang bungkam kelam.

jangan kau hadir dalam lamunanku. jemputlah! jemputlah! diriku yang nista penuh dosa.

mengharap tercuci seketika rahasia.

jelajah. jelajah sukmaku. padamu ingin menuju.

satu!



Puisiku Jadi Lagu